Kanker Payudara diderita Wanita

Sadari Risiko Kanker Payudara dengan SADARI

Sejak lahir, sel tubuh kita berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan dan pola hidup, di mana asupan makanan dan aktivitas yang kita lakukan akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan tubuh kita.

Tetapi, pada kondisi tertentu, tubuh dapat berkembang tidak seperti yang seharusnya dan menyebabkan perubahan tidak normal pada sel tubuh kita, di mana sel tersebut dapat bermutasi menjadi bentuk yang tidak diinginkan.

Seharusnya, sel tubuh yang tidak normal tersebut akan dihancurkan oleh tubuh. Namun pada kondisi tertentu, sel tersebut dapat bertahan hidup dan menjadi benjolan atau tumor. Pada kondisi yang semakin parah dan tidak dapat dikontrol, benjolan tersebut disebut kanker. Kanker payudara muncul jika sel abnormal pada payudara terus memperbanyak diri dan menjadi ganas. Sel ganas ini dapat menyebar ke pembuluh darah, kelenjar getah bening, bahkan hingga ke seluruh tubuh. Proses sel ganas menyerang organ tubuh lainnya ini disebut metastasis.

Penelitian menyebutkan bahwa penyebab terjadinya kanker payudara berasal dari banyak faktor. Tetapi, faktor risiko yang paling berpengaruh adalah jenis kelamin perempuan serta penuaan. Semakin bertambahnya usia seorang perempuan, semakin tinggi risiko terjadinya kanker payudara.

Faktor Penyebab Kanker Payudara

Sementara itu, faktor risiko lain di antaranya adalah menstruasi dini, terlambat meno­pause, penggunaan pil kontrasepsi jangka panjang, kekurangan aktivitas fisik, dan obesitas saat postmenopause. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem hormon inilah yang menyebabkan kanker payudara lebih banyak diderita oleh perempuan dan usia lanjut. Selain itu, perempuan yang Ibu atau saudarinya (first degree relative) menderita kanker payudara akan memiliki risiko tiga kali lebih tinggi. Begitu pula jika memiliki saudara dengan riwayat kanker endometrium, ovarium, dan colorectal karena berkaitan dengan faktor risiko genetik.

Meskipun kanker berhubungan erat dengan usia lanjut, saat ini, kanker juga banyak diderita oleh perempuan usia muda. Tentang hal ini, terdapat dua kemungkinan, yaitu kesadaran masyarakat semakin baik sehingga kanker payudara dapat dideteksi sedini mungkin atau terdapat perubahan tren mutasi genetik pada kasus kanker payudara sehingga cenderung diderita oleh perempuan usia muda.

Baca juga: Kanker Serviks dan Cara Mencegahnya

Cara Memeriksa Kanker Payudara dengan SADARI dan SADANIS

Saat ini, semakin banyak kampanye untuk melakukan kegiatan periksa payudara sendiri (SADARI) untuk deteksi dini kanker payudara dengan cara yang mudah dan tanpa biaya. Di negara maju, masyarakat sudah rutin melakukan SADARI karena telah dijadikan program pencegahan kanker oleh pemerintah. Begitu pula dengan gerakan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS). Pemeriksaan ini dilakukan jika pada tahap SADARI ditemukan benjolan dan diperlukan evaluasi lebih lanjut.  Masyarakat diharapkan dapat melakukan SADARI secara rutin setiap bulan, pada hari ke tujuh hingga ke sepuluh, terhitung sejak hari pertama menstruasi.

Sebagian besar kasus kanker payudara dimulai dengan adanya benjolan. Dari benjolan itu, lebih dari 80 persen dapat diketahui dengan pemeriksaan sendiri oleh pasien. Jika benjolan diketahui sejak dini, potensi kesembuhan pasien kanker payudara semakin tinggi. Semakin cepat ditemukan tanda-tandanya gejalanya maka dapat segera dilakukan pemeriksaan klinis (screening) dan penentuan pengobatan. Pilihan pengobatan yang dapat diambil juga akan lebih banyak, mulai dari operasi, kemoterapi, terapi hormonal, hingga radioterapi.

Langkah lain dari screening kanker payudara adalah dengan dilakukan pemeriksaan mammography, khususnya bagi perempuan berusia di atas 35 tahun. Mammography merupakan pemeriksaan radiologi untuk mendeteksi tumor atau kanker payudara, bahkan jika benjolan tersebut tidak teraba (nonpalpable) saat dilakukan SADARI. Artinya, waktu penemuan benjolan tersebut masih sangat dini sehingga semakin mudah ditangani. Untuk meningkatkan akurasi, dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonography (USG) payudara atau kombinasi keduanya.

Khusus pada perempuan di atas 50 tahun, mammography dianjurkan untuk dilakukan setahun sekali jika perlu. Bagi wanita berusia lebih dari 35 tahun dan kurang dari 50 tahun, disarankan untuk memiliki data dasar mammography. Selanjutnya, mammography dapat dilakukan tiga tahun sekali hingga usia 50 tahun. Meski demikian, perempuan tetap harus waspada karena tren penderita kanker payudara semakin muda. Jika masih berusia produktif tetapi memiliki faktor risiko dan merasa teraba benjolan pada payudara, harus datang ke pusat kesehatan untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut secepatnya.

Selain munculnya benjolan pada payudara, terdapat beberapa tanda lain yang mengarah ke diagnosis kanker payudara yang perlu diperhatikan oleh masyarakat, yaitu keluarnya  cairan dari puting susu, payudara tidak simetris, dan tekstur kulit payudara menjadi seperti kulit jeruk. Oleh karena itu, penting bagi perempuan untuk melakukan SADARI secara rutin agar dapat segera ditangani oleh dokter tenaga medis yang berpengalaman.

Baca JugaCara Mengetahui Kanker Payudara

BREAST CANCER TEAM SILOAM HOSPITALS SURABAYA

  • Een Hendarsih, Sp.PD-KHOM

       Selasa & Kamis 15.00-16.00

  • Dr. dr. Ami Ashariati, Sp.PD-KHOM, FINASIM

            Senin, Rabu, Jumat pk 13.30-14.30