Apa itu Resesi? Penyebab, Dampak, dan Cara Mengantisipasinya
Daftar Isi dan Rangkuman Artikel
Rangkuman Artikel
-
Resesi adalah situasi ketika aktivitas ekonomi mengalami penurunan signifikan dalam suatu periode
-
Resesi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya inflasi yang sangat tinggi
-
Dampak resesi bisa menyebabkan angka pengangguran di suatu wilayah meningkat
-
Menghadapi resesi bisa dilakukan dengan mengelola anggaran keuangan sebaik mungkin
Resesi kerap menjadi aspek penting dalam analisis ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang melambat, inflasi tinggi, dan fluktuasi pasar, sering dijadikan indikator untuk memantau perkembangan ekonomi.Di Indonesia sendiri, resesi pernah terjadi pada beberapa periode, seperti saat krisis moneter 1998 dan perlambatan ekonomi pada masa pandemi 2020. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa gejolak ekonomi global dapat memberikan dampak nyata pada aktivitas ekonomi domestik dan kesejahteraan masyarakat.
Jadi, apa yang dimaksud dengan resesi ekonomi dan apa penyebabnya? Untuk mengetahui jawabannya, simak informasi berikut ini.
Apa Itu Resesi?
Resesi adalah kondisi penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan di suatu wilayah, yang ditandai dengan kontraksi PDB selama dua kuartal atau lebih secara berturut-turut. Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi masyarakat, seperti menurunnya daya beli masyarakat, meningkatnya angka pengangguran, hingga berkurangnya aktivitas produksi.
Pada tahun 2020, Indonesia resmi masuk ke dalam resesi akibat pandemi COVID-19. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa PDB Indonesia terkontraksi sebesar –5,32% pada kuartal II 2020, disusul kontraksi –3,49% pada kuartal III.
Secara keseluruhan, ekonomi Indonesia turun hingga –2,07% pada akhir tahun tersebut. Perlambatan ini tidak hanya menekan daya beli masyarakat, tetapi juga berdampak pada aktivitas usaha, investasi, dan penurunan lapangan kerja di berbagai sektor.
Penyebab Terjadinya Resesi
Terjadinya resesi biasanya dipicu oleh sejumlah faktor yang saling berkaitan dan memengaruhi stabilitas ekonomi suatu wilayah. Berikut beberapa penyebabnya:
-
Penurunan Aktivitas Ekonomi
Ketika konsumsi masyarakat menurun, permintaan barang dan jasa juga ikut turun. Akibatnya, perusahaan terpaksa mengurangi produksi, menahan ekspansi, bahkan melakukan PHK. Rantai penurunan inilah yang mendorong ekonomi masuk ke fase resesi.
-
Tingkat Inflasi yang Tinggi
Inflasi yang tidak terkendali membuat harga kebutuhan pokok dan biaya produksi meningkat. Daya beli masyarakat melemah, sementara perusahaan menghadapi tekanan biaya. Jika berlangsung lama, inflasi tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan memicu resesi.
-
Pengelolaan Utang yang Kurang Baik
Utang pemerintah atau sektor swasta yang terlalu besar dapat membebani anggaran. Ketika pendapatan turun, kewajiban membayar utang bisa terkendala. Tekanan ini dapat menurunkan kepercayaan investor yang pada akhirnya memicu resesi.
-
Perubahan Teknologi
Transformasi teknologi yang terjadi terlalu cepat membuat banyak industri belum siap beradaptasi. Pada akhirnya, sektor yang tertinggal mengalami penurunan produktivitas karena meningkatnya daya saing. Pada akhirnya, operasional bisnis terganggu dan berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi.
-
Gelembung Aset (Asset Bubble)
Gelembung terjadi ketika harga aset seperti properti, saham, atau komoditas, naik jauh melebihi nilai sebenarnya. Saat gelembung pecah, harga menjadi anjlok tajam dan memicu kepanikan pasar, kerugian besar, serta penurunan aktivitas ekonomi yang bisa berujung pada resesi.
Dampak Resesi
Resesi bukan hanya sekadar perlambatan ekonomi, tetapi kondisi yang membawa efek berantai ke berbagai sektor. Ketika satu bagian ekonomi melemah, dampaknya dapat menjalar ke rumah tangga, bisnis, hingga pasar finansial. Berikut beberapa dampak yang paling umum terjadi saat resesi melanda:
-
Tingkat Pengangguran Meningkat
Saat permintaan terhadap produk dan layanan menurun, perusahaan menekan biaya operasional dengan mengurangi tenaga kerja. PHK, pembekuan rekrutmen, atau pengurangan jam kerja menjadi hal yang sering terjadi. Kondisi ini membuat jumlah pencari kerja melonjak sementara peluang kerja semakin terbatas.
-
Pendapatan dan Daya Beli Menurun
Resesi memicu pemotongan gaji, berkurangnya insentif, atau hilangnya sumber penghasilan tambahan. Akibatnya, masyarakat harus menahan belanja terutama untuk kebutuhan non-esensial. Penurunan daya beli ini kemudian memperlambat aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
-
Perusahaan Mengurangi Produksi
Dengan menurunnya permintaan, perusahaan menyesuaikan kapasitas produksi agar tidak merugi. Pengurangan produksi bisa berupa pemangkasan shift, efisiensi biaya operasional, atau menghentikan beberapa lini bisnis. Jika berlangsung lama, kondisi ini dapat mengganggu kelancaran rantai pasok.
-
Nilai Investasi Turun
Ketidakpastian ekonomi membuat pasar finansial bergejolak. Harga saham cenderung jatuh, nilai aset menurun, dan investor lebih berhati-hati. Situasi ini berdampak pada portofolio investasi masyarakat yang nilainya bisa turun dalam waktu singkat, terutama bagi mereka yang menempatkan dana pada instrumen berisiko tinggi.
Cara Menghadapi Resesi
Menghadapi resesi memerlukan strategi keuangan yang lebih hati-hati dan terencana. Sebab, jika salah melangkah, risiko kerugian bisa semakin besar dan kondisi finansial menjadi tidak stabil. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
-
Mengatur Ulang Anggaran Keuangan
Mulailah dengan mengevaluasi seluruh pemasukan dan pengeluaran. Prioritaskan kebutuhan pokok dan kurangi pengeluaran belanja yang sifatnya konsumtif. Dengan anggaran yang lebih efisien, deficit dana.
-
Menambah Dana Darurat
Saat kondisi ekonomi tidak stabil, dana darurat menjadi “bantal pengaman” yang sangat penting. Idealnya, dana darurat mencakup 3–6 bulan pengeluaran. Jika belum tercapai, mulailah menambahkannya secara bertahap, meski dengan nominal kecil.
-
Menghindari Utang Konsumtif
Utang untuk keperluan gaya hidup atau barang yang nilainya cepat turun sebaiknya dihindari. Pada masa resesi, bunga utang dapat menjadi beban tambahan yang memperkeruh kondisi finansial. Jika sudah memiliki utang, fokuslah untuk melunasi atau menegosiasi ulang cicilannya.
-
Diversifikasi Investasi
Saat pasar tidak stabil, menempatkan seluruh dana pada satu jenis investasi bisa sangat berisiko. Diversifikasi ke berbagai instrument, seperti emas, obligasi, deposito, atau reksa dana pasar uang dapat membantu menurunkan risiko kerugian.
-
Meningkatkan Keterampilan dan Penghasilan
Resesi sering membuat persaingan kerja semakin ketat. Meningkatkan keterampilan, mengikuti pelatihan, atau mencari peluang penghasilan tambahan dapat memperkuat posisi finansial. Semakin banyak kemampuan yang dimiliki, semakin besar peluang untuk bertahan dan berkembang.
Resesi dapat membawa dampak luas bagi kondisi ekonomi, baik pada tingkat negara maupun rumah tangga. Meski demikian, risiko ini dapat diminimalisir dengan perencanaan yang matang, pengelolaan keuangan yang bijak, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan.
Perencanaan yang matang bisa dimulai dari memastikan kebutuhan dasar terlindungi, termasuk kesiapan menghadapi risiko finansial yang bisa muncul tiba-tiba. Dalam hal ini memiliki asuransi jiwa seperti PRUFuture dari Prudential Indonesia bisa jadi langkah antisipatif menjaga ketahanan keuangan keluarga. Untuk informasi selengkapnya, cek di bawah ini!
Sumber:


