Wanita sedang bermeditasi

Memahami Self Diagnosis dan Bahaya Kesalahan dalam Penilaian Sendiri

Kemajuan teknologi di masa kini membuat akses untuk mendapatkan beragam informasi begitu mudah didapatkan. Mulai dari informasi yang kredibel, hingga informasi yang sumbernya sulit untuk dipertanggungjawabkan. Kondisi ini tentunya menjadi dua sisi uang koin di satu sisi dapat menjadi sebuah keuntungan, tetapi di satu sisi juga bisa memberikan banyak tantangan dan kerugian jika informasi tersebut dimanfaatkan dan diterima secara cuma-cuma, terlebih jika hal tersebut berkaitan dengan kesehatan. Salah satu istilah yang kini banyak beredar berkaitan dengan kondisi tersebut adalah self diagnosis.

Melalui artikel ini, Anda dapat mengenal dan memahami self diagnosis. Mulai dari definisi, pemahaman yang keliru, alasan orang-orang melakukannya, dampak, hingga cara mencegah self diagnosis bisa Anda dapatkan di sini!

Apa Artinya Self Diagnosis?

Apa itu self diagnosis? Self diagnosis adalah ketika seseorang mendiagnosis dirinya sendiri terkait gangguan atau penyakit tertentu dengan asumsi yang didasari oleh pengetahuan yang dimilikinya. Asumsi tersebut juga bisa berasal dari sumber yang banyak beredar di internet, di mana seseorang cenderung memahami informasi secara mentah selama hal tersebut berkaitan dengan keluhan yang dirasakannya. Seolah-olah orang tersebut benar-benar memahami permasalahan kesehatan yang sedang dialaminya. 

Hal ini dapat membahayakan sebab asumsi tersebut bisa saja salah. Jika tidak segera konsultasi dengan ahlinya dan terus menerus berkutat dengan self diagnosis tersebut, maka berbagai dampak negatif dapat bermunculan karena tindakan penanganan yang tidak sesuai. Apakah Anda sendiri pernah melakukan self diagnosis? Sebaiknya hal ini dikurangi dan minta tenaga medis yang sudah ahli untuk bantu memberikan diagnosa yang tepat.

Baca Juga: 5 Penyebab Kista yang Perlu Anda Ketahui | Prudential Indonesia

Pemahaman yang Keliru pada Self Diagnosis

Ingat untuk selalu berhati-hati dan tidak mudah percaya dengan suatu informasi sebelum Anda benar-benar yakin, terlebih jika hal tersebut berhubungan dengan kesehatan. Jangan sampai karena keluhan yang Anda miliki sesuai dengan informasi yang Anda temukan, maka langsung melakukan self diagnosis. Terdapat beberapa informasi mengenai masalah kesehatan yang cukup banyak beredar di internet, hingga memicu tingginya potensi self diagnosis.

Beberapa di antaranya adalah seperti persepsi bahwa depresi serupa dengan ketika seseorang merasa sedih karena suatu masalah, bipolar serupa dengan seseorang yang moody, OCD atau

Dilansir oleh Deutsche Welle (DW) Indonesia, kecenderungan mendiagnosis diri sendiri ini merebak menjadi tren sejak Pandemi Covid-19 lalu, di mana pada umumnya self diagnosis tersebut berkaitan dengan kesehatan mental. Media sosial berperan sangat besar dalam hal ini. Selain itu, terdapat beberapa alasan lainnya yang bisa Anda ketahui lebih lanjut di bawah ini.

Baca Juga: Penyakit Degeneratif: Pengertian, Penyebab, dan Jenisnya | Prudential Indonesia

Mengapa Self Diagnosis Bisa Terjadi?

Ada beberapa hal yang membuat seseorang melakukan self diagnosis, berikut adalah alasannya:

1.    Banyaknya Informasi yang Beredar di Internet

Di era seperti sekarang hampir semua informasi dapat kita dapatkan melalui internet. Meskipun merupakan sebuah keuntungan, tetapi hal ini juga bisa berubah menjadi kerugian jika kita tidak pandai dalam memilah kualitas informasi yang tersedia. Hal ini pula yang memicu maraknya self diagnosis, sebab informasi, yang tidak jarang berasal dari sumber yang tidak kredibel, begitu mudah didapatkan. Carilah informasi yang sudah dikurasi oleh pakar atau tenaga medis yang ahli dibidangnya.

2.    Menolak Konsultasi dengan Profesional

Sebagian orang masih ada yang enggan dan menolak untuk konsultasi ke professional mengenai masalah kesehatannya. Hal ini berkaitan dengan beberapa hal seperti stigma tentang penyakit tertentu yang beredar di masyarakat, atau mindset tentang biaya pengobatan yang pasti mahal. Padahal, kini ada banyak cara mudah dan mudah untuk melakukan konsultasi sekaligus pengobatan dengan para ahlinya. Salah satu cara yang bisa Anda pilih adalah dengan mendapatkan asuransi kesehatan dari Prudential, seperti PRUSolusi Sehat Plus Pro yang bisa memungkinkan Anda untuk melakukan konsultasi secara online dengan rekanan aplikasi kesehatan yang terkoneksi dengan para tenaga medis sesuai bidangnya.

3.    Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu bisa memicu self diagnosis loh! Seseorang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi cenderung berusaha mengulik berbagai hal yang membuatnya penasaran. Hal ini dapat berakibat fatal ketika rasa ingin tahu tersebut tidak dibarengi dengan kemampuan untuk memilah informasi dengan baik, terlebih yang berhubungan dengan kesehatan.

4.    Tren perihal Kesehatan Mental

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, self diagnosis mulai merebak dan menjadi tren sejak Pandemi Covid-19, di mana hal ini banyak berkaitan dengan kesehatan mental. Kondisi kehidupan yang berubah secara drastis terutama kualitas interaksi antar sesama yang menurun membuat banyak orang harus beradaptasi dan mengatur emosi maupun perilaku secara tiba-tiba. Hal ini banyak menimbulkan ketidaknyamanan terlebih untuk kondisi mental orang-orang. Di kondisi seperti itu yang di mana mereka pun sulit untuk bertemu dengan profesional, maka informasi di internet menjadi solusi. Hal inilah yang kemudian memicu maraknya self diagnosis.

Baca Juga: Ketahui Gejala Pneumonia dan Cara Mencegahnya | Prudential Indonesia

Dampak Self Diagnosis Terhadap Kesehatan Fisik dan Mental

Self diagnosis yang dilakukan secara sembarangan bisa sangat merugikan diri Anda sendiri. Beberapa kerugiannya di antaranya adalah seperti terjadinya under diagnosis, yaitu ketika suatu penyakit yang sesungguhnya berat tetapi diabaikan sehingga berakibat fatal. Selain itu juga ada over diagnosis, yaitu ketika seseorang menjadi panik dan khawatir karena merasa sudah menderita penyakit yang berat, namun pada kenyataannya tidak seserius yang didiagnosis.

Ada pula yang dinamakan dengan misdiagnosis, yaitu kesalahan diagnosis yang mengakibatkan salahnya penanganan dan pertolongan. Untuk beberapa masalah kesehatan yang membutuhkan terapi, self diagnosis juga berdampak kepada kesalahan terapi yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal ini merugikan kesehatan fisik maupun mental Anda. Maka dari itu, usahakan untuk menghindari self diagnosis secara sembarangan. Anda bisa mengikuti cara untuk mencegah self diagnosis di bawah ini.

Baca Juga: 6 Gejala Kanker Otak Sebelum Terlambat | Prudential Indonesia

Cara Mencegah Self Diagnosis

Mencegah untuk melakukan self diagnosis terkesan mudah, tetapi sesungguhnya sulit untuk dilakukan jika Anda merupakan seseorang yang kesulitan untuk mengontrol diri sendiri. Terdapat beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menghindari self diagnosis, yaitu seperti menghindari untuk melakukan tes kesehatan secara online yang sumbernya tidak kredibel. 

Selain itu, Anda juga bisa mencegah self diagnosis dengan tidak mudah menelan mentah-mentah perkataan orang terdekat mengenai masalah kesehatan, tidak menjadikan influencer di luar kesehatan sebagai sosok rujukan, serta tidak mencari tahu hanya dari internet saja. Jika merasa memiliki beberapa keluhan kesehatan, selain mencari tahu dari internet Anda dapat memanfaatkan aplikasi kesehatan, seperti aplikasi Pulse dari Prudential. Di dalam aplikasi tersebut, Anda bisa konsultasi masalah kesehatan hanya melalui handphone dengan mudah!

Berdasarkan penjelasan di atas, apakah kini Anda sudah memahami apa itu self diagnosis? Jika Anda secara tidak sadar pernah melakukan self diagnosis, cobalah untuk lebih berhati-hati dalam menyikapi beragam keluhan kesehatan yang Anda rasakan. Terapkan cara-cara di atas agar terhindar dari berbagai dampak yang merugikan kesehatan Anda!

Baca Juga: Penyakit HIV: Penyebab, Gejala dan Cara Mencegahnya | Prudential Indonesia