Long Covid

Long Covid: Apakah Benar Ada atau Hanya Sugesti?

“Covid lagi... Covid lagi... Memangnya masih ada?”  

Tunggu dulu... Siapa di antara kita yang tidak pernah kena Covid? Sepertinya hampir semuanya pernah mengalami setidaknya S1 ya... Nah, buat yang sudah sarjana Covid kedua dan ketiga kalinya, bagaimana kabarnya? Apakah masih mengalami keluhan-keluhan seperti cepat capek, napas sesak, atau sulit konsentrasi?

Pasti ada juga di antara kita yang suka bertanya-tanya, sebenarnya istilah Long Covid itu benar-benar ada secara medis, atau hanya sugesti karena kita sering mendengarnya?  

Ternyata, kondisi Long Covid ini benar-benar ada dan bukan hanya sekadar sugesti atau mitos loh. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa orang-orang yang pernah terinfeksi virus Covid-19 memang bisa mengalami Long Covid atau juga dikenal sebagai Post-Covid Conditions (PCC). Kondisi ini didefinisikan sebagai tanda-tanda, gejala, maupun kondisi dalam tubuh yang terus berlanjut setelah kita terinfeksi Covid ataupun yang terjadi setelahnya.

Long Covid dapat bertahan dalam hitungan minggu, bulan dan bahkan tahun. Biasanya dialami oleh orang-orang dengan kondisi infeksi COVID-19 yang cukup parah, punya penyakit penyerta, dan tidak divaksin[ii]. Namun hal ini tetap bisa terjadi pada siapa saja yang pernah terkena Covid.

Gejala Long Covid

Kondisi yang dialami juga cukup beragam, meliputi:

  • Gejala-gejala umum seperti pusing dan mudah lelah, ataupun demam.

  • Gejala yang terjadi pada area pernapasan dan jantung seperti sulit bernapas atau sesak, batuk, sakit dada dan jantung berdetak cepat.

  • Gejala pada saraf meliputi kesulitan berpikir dan berkonsentrasi, sakit kepala, sulit tidur, pusing ketika berdiri cepat, perubahan pada kemampuan merasa dan mencium bau, serta kecemasan dan depresi.

  • Gejala pencernaan berupa diare dan sakit perut, serta gejala-gejala lainnya seperti rasa sakit atau linu pada tubuh dan otot, gatal-gatal, hingga perubahan pada siklus menstruasi.

 

Baca juga: Memahami Cacar Monyet, Dari Asal Usul Hingga Stigma Penyakit Ini

Pengaruh Long Covid Terhadap Pneumonia

Pada prinsipnya, Long Covid memiliki pengaruh signifikan terhadap kondisi jantung, ginjal, kulit, otak dan juga paru-paru. Pada prinsipnya, Covid-19 adalah penyakit yang menyerang langsung area pernapasan manusia, termasuk paru-paru kita. Infeksi Covid-19 juga berpotensi menyebabkan komplikasi penyakit lainnya pada paru-paru, seperti Pneumonia.

Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang menyebabkan peradangan pada kantung udara kecil di dalam paru-paru Anda. Mereka mungkin berisi begitu banyak cairan dan nanah sehingga sulit bernapas.v

Covid-19 dan Pneumonia seringkali dideskripsikan sebagai penyakit yang sama dalam tingkat keparahan yang berbeda. Covid-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV, dan Covid Pneumonia merupakan komplikasi Covid-19.

Selain virus, ada juga penyakit Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ataupun jamur, dan sebanyak 20%-25% kasus Pneumonia disebabkan oleh bakteri Streptococcus Pneumoniae. Bakteri ini menjadi penyebab koinfeksi paling umum selama masa pandemi Covid-19, dan sebanyak setengah kasus kematian akibat Covid pada masa pandemi disebabkan oleh koinfeksi dengan bakteri tersebut.

Sama halnya dengan Covid, Pneumonia juga disebarkan oleh cairan saat batuk atau bersin. Gejala yang dirasakan penderita meliputi batuk, sesak napas, sakit di dada, dan demam. Meskipun gejalanya mirip seperti penyakit batuk, tetapi penyakit ini bisa menyebabkan kematian, terutama bagi orang-orang yang sudah memiliki kondisi penyakit bawaan.

Serupa dengan Covid yang telah merenggut nyawa banyak orang, Pneumonia pun dapat menyebabkan kematian. Bahkan data di tahun menunjukkan bahwa sebanyak 2,5 juta orang meninggal di dunia akibat Pneumonia.

Mungkin Kamu sempat mendengar, Michael Gambon, aktor pemeran Dumbledore dalam film Harry Potter belum lama ini meninggal dunia karena Pneumonia. Di Indonesia, penyakit ini juga telah merenggut nyawa beberapa sosok yang mungkin kita kenal, seperti aktris senior Farida Pasha, dan Jane Shalimar yang mengalami Pneumonia berat spesifik Covid-19 akut high-risk. So, penyakit ini benar-benar tidak bisa disepelekan ya, Kamu! Karena bisa menyebabkan kematian.

Baca juga: Apa itu Meningitis? Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Pencegahan Long Covid dan Pneumonia

Namun tenang saja, baik Covid maupun Pneumonia bisa dicegah kok, salah satunya dengan melakukan vaksinasi. Untuk mencegah terjadinya Pneumonia, baik CDC  (Centers for Disease Control and Prevention) dan PAPDI (Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia) merekomendasikan untuk melakukan vaksinasi Pneumonia.

Apalagi dengan kondisi polusi saat ini. Bahkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa 24-34 persen penyebab penyakit Pneumonia dan ISPA disebabkan oleh polusi udara.

Adakah dari Kamu  yang takut disuntik? Tenang saja, khusus bagi orang dewasa, dosisnya hanya satu kali untuk seumur hidup. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, vaksin PCV sendiri terbilang aman untuk orang dewasa. Vaksin ini sangat jarang menunjukkan efek samping atau Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Jadi, tidak perlu khawatir dan jangan menunda lagi. Yuk, kita lindungi diri dan keluarga kita melalui vaksinasi! Paru-paru kita hanya sepasang, mari jaga bersama harta yang tak terganti ini.

Baca juga: Apa itu Penyakit Kanker? Penyebab, Gejala dan Cara Mencegahnya